Friday, May 25, 2007

Burung-burung Maluku: Taman Nasional Manusela

Dalam pencarian eloknya burung-burung beo


Seram, disebut juga “pulau ibu” yang dipercaya oleh penduduk setempat sebagai asal mereka. Pulau ini paling besar di kepulauan maluku. Pulau ini memanjang sampai 340 km dari timur hingga ke barat, luasnya 17.470 km persegi, 3 kalinya pulau Bali. Pada akhir abad 20 Pulau Seram adalah Pulau yang masih misteri dan penuh petualangan dengan gunung-gunungnya yang menantang, hutan yang luas dan isinya penuh rahasia.



Untuk para pencinta beo, Seram adalah tempat yang menjanjikan. Di sini dapat dijumpai 11 jenis burung beo termasuk diantaranya 2 jenis yang hanya dapat ditemukan di Ambon dan satunya lagi di Ambon dan Seram: 2 diantara 3 jenis beo ini adalah yang paling elok di Indonesia atau mungkin di dunia. Jenis-jenis beo itu adalah Burung Kakatua maluku (Cacatua moluccensis) dan si cerdas, burung kasturi (Lorius domicella).

Untuk para pencinta burung yang menggemari ekologi tropis, taman nasional Manusela (1.890 km persegi) yang membelakangi dari pusat pulau ini sangat menarik diantarnya adanya keindahan Gunung Binaya, lokasi terdapatnya batu besar dan tebing-tebing yang curam. Taman nasional ini juga terdapat beraneka ragam habitat yang dimulai dari mangrove, hutan rawa-rawa yang didominasi nipa, daerah rawa-rawa air tawar dan hutan dataran rendah hingga hutan hujan pegunungan.

Sayangnya Pulau Seram ini kurang bisa memberikan lebih pada kekayaan alamnya. Walaupun sudah menjadi taman nasional sejak tahun 1982 yang kemudian dilakukan ekspedisi ilmiah Raleigh di tahun 1987, Taman Nasional Manusela (artinya burung kebebasan) masih belum memiliki fasilitas yang memadai sebagai taman nasional. Sebagai acungan jempol untuk taman ini yaitu terdapatnya 21 burung endemik. Untuk dapat melihatnya harus butuh waktu yang banyak, bersedia menjelajahi hutan, kadang-kadang harus menghadapi Lumpur atau terpaan hujan, lumut dan mampu bertahan hidup untuk beberapa hari dengan makan nasi atau mi saja.

Rute-rute perjalanan
Ada jalan yang melintas taman nasional dari wahai di pantai utara sampai mosso atau hatumete di selatan. Dapat ditempuh dengan mengambil jalan lain tetapi harus mendaki (sangat ekstrem). Penduduk sekitar menamakan tempat itu sebagai “ jalur sedih”, dulunya di waktu penjajahan sebagai jalur pengungsian. Jadi untuk memulai perjalanan dipilih jalur yang terbaik dari wahai. 5 hari perjalanan, jalan melintasi pulau, melalui jalan melingkar sampai ke lembah Manusela. Disitu akan menjumpai penduduk asli “orang-orang Alifuru” dan kembali ke pantai utara lewat punggung bukit Kobipoto, atau turun ke lembah sungai Isal.


No comments: